Are we the Truth Seeker or Just The Follower of Our Life Mainstream?

Pada kenyataannya kepercayaan kebanyakan orang adalah kepercayaan orang tuanya. hanya segelintir orang di dunia ini yang benar2 mencari kebenaran utk kepercayaan yang akan dia anut. Dengan demikian “life after death” bagi kebanyakan orang tidak lebih dari “life great gamble”. Kalau kepercayaan orang tua yang mereka ikuti dengan “Taklid” adalah kepercayaan yang benar maka mereka cukup beruntung di kehidupan setelah kematian mereka kelak. Tetapi kalau tidak, mereka berada diantara orang2 yang bernasib naas.
Dengan stereotip seperti ini, jadinya cukup aneh kalo orang-orang bisa bertindak sebagai hakim dalam kepercayaan orang lain. Seolah-olah dia adalah perpanjangan tangan Tuhan, pemegang kebenaran hakiki..sehingga dia merasa memilki Hak utk mengadili kepercayaan orang lain yang dia anggap menyimpang.
Klaim kebenaran seperti ini bervariasi, dari yang paling ekstreem dengan menyatakan darah seseorang halal utk ditumpahkan karena dianggap telah menyimpang dari “jalan kebenaran” yang ia klaim sampai hanya dengan menyatakan seseorang adalah sesat dan berusaha mengajaknya utk pindah ke keyakinan yg ia klaim sebagai suatu keyakinan yg benar, tanpa memberi pemahaman dengan pendekatan yg logis dan penuh kesabaran, hal ini bahkan juga terjadi pada mereka yang mengklaim dirinya sebagai orang yg tidak menyukai kekerasan dalam beragama.
Padahal berapa banyak diantara kita yang benar2 mencari kebenaran tersebut? toh kembali pada kenyataanya, sebagian besar dari kita hanya mengikuti arus utama kehidupan kita, karena orang tua kita mempercayai kepercayaan tertentu, lalu kita mengikutinya..Tuhan yang kita kenal juga adalah Tuhan yang dikenalkan oleh orang tua kita kepada kita..
Mungkin disini kita harus bertanya kembali kepada diri kita..Apakah kita adalah para pencinta kebenaran?sehingga sepanjang kehidupan kita adalah usaha untuk mencari kebenaran tersebut?

Leave a comment