Sumpah Pemuda…….

Udah agak telat sih…tapi ngga apa lah.. sebenernya ini tulisan yang gw kirim ke Media Indonesia beberapa waktu yang lalu saat..bentrok besar-besaran antara mahasiswa dengan aparat waktu demo BBM..yah tulisan ini emang dimuat walaupun udah di edit sana-sini sampai-sampai gw juga udah ga mengenal lg tulisan ini…entah karena substansialnya yang ga cocok atau karena materinya yang gw tulis terlalu dangkal sehingga perlu proses pengeditan besar-besaran, atau mungkin aja dikhawatirkan tulisan gw ini akan menimbulkan kerusuhan dan instabilitas polotik negeri ini (????…tanda-tanda besar kepala?) yah mungkin juga karena gw nulisnya kepanjangan untuk satu artikel koran (walaupun gw udah men-cut tulisan itu jadi di bawah 6000 karakter).. tapi ya sudahlah…pihak redaksi pasti punya pertimbangan yang lebih bijaksana dari dugaan-dugaan tadi..

Kenapa tiba-tiba gw jadi ingat sama tulisan ini?karena dalam beberapa iklan – iklan yang berhubungan dengan sumpah pemuda yang merefleksikan kondisi pemuda Indonesia tercinta ini, kita bisa lihat kalo kaum muda (dimana gw jadi salah satu makhluknya) punya banyak prestasi, antara lain; Juara tawuran antar fakultas, juara tawuran antar universitas se jabodetabek, juara harapan I tawuran kelas umum se Jakarta Raya dan paling hebat adalah kemenangan gilang-gemilang tawuran dengan polisi ( dua set langsung)…heheh..

Ntah kenapa dari semua refleksi Sumpah Pemuda itu ko yang bisa dilihat para kaum muda dan juga sekarang jadi tren dikalangan mahasiswa segala sesuatu yang berbau keributan adalah hobi….apa ini pengaruh perubahan hormonal yang sudah terkontaminasi polusi?atau permasalahan kurangnya lahan bermain diperkotaan sehingga pemuda-pemuda sekarang (termasuk gw) jadi mengembangkan tawuran menjadi olahraga yang menyenangkan dan menyehatkan (tentu tidak termasuk kepala benjol dan bibir jontor habis dipukulin)

Tulisan gw ituyang gw kirimin  aslinya seperti ini…

Gerakan Mahasiswa : Harus kah Vandal?

Oleh : Ahmad Mukhlis Firdaus

(Penulis Aktif di Tim Penyikapan Isu Nasional (TPIN) KM-ITB periode 2002-2003)

 

One of the great liabilities of history is that all too many people fail to remain awake through great periods of social change… Today, our very survival depends on our ability to stay awake, to adjust to new ideas, to remain vigilant and to face the challenge of change. (Dr. Martin Luther King)

 

Melihat aksi-aksi mahasiswa yang akhir-akhir ini berubah menjadi aksi-aksi anarkis, dan cenderung tidak simpatik, mungkin kita perlu meninjau kembali seperti apakah seharusnya Gerakan mahasiswa tersebut. Mungkinkah gerakan-gerakan mahasiswa sudah mencapai titik jenuh sehingga kehilangan arah dan tak ubahnya jadi rengekan anak-anak muda yang membutuhkan perhatian media akan aspirasi-aspirasinya?

Pergerakan mahasiswa sejatinya adalah gerakan moral. Sebuah gerakan moral merupakan gerakan reaksi terhadap suatu kondisi tertentu yang dianggap tidak ideal. Di sisi lain Mahasiswa selalu distigmakan sebagai agen peubah. Karena ia dianggap sebagai masyarakat intelektual yang masih murni. Idealisme yang murni selalu menjadi landasannya dalam bertindak dan bergerak. Walaupun pada kenyataannya ini tidak berlaku mutlak. Namun secara perbandingan, kita dapat dengan aman mengatakan bahwa mahasiswa sebagai salah satu element generasi muda jauh lebih idealis dan murni dalam melancarkan tindakan dan gerakan.

Dalam sejarah kehidupan Negara Republik Indonesia, gerakan-gerakan mahasiswa merupakan salah satu pelopor utama dalam perubahan. Gerakan-gerakan tersebut tercatat dalam sejarah kehidupan bangsa ini dimulai dari gerakan Perhimpoenan Indonesia di Belanda, yang didirikan pada 1922 oleh Mohammad Hatta, yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, hingga gerakan penumbangan rezim orde lama dan mendirikan orde baru sampai gerakan Reformasi, bahkan sampai hari ini kita masih melihat setiap hari demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dengan berbagai macam aspirasi.

Gerakan-gerakan tersebut biasa juga disebut sebagai gerakan struktural, karena ditujukan untuk mengkritisi, menekan, bahkan menjatuhkan suatu rezim yang sedang berkuasa atau memerintah. Dengan kata lain gerakan-gerakan structural adalah gerakan yang berorientasi pada perubahan ditingkat kebijakan pemerintah (government policy) dan Struktur pemerintahan yang dianggap tidak mampu menjalankan fungsinya (Structural Change).

Melihat fenomena gerakan struktural yang dilakukan mahasiswa di negeri ini, kita dapat melihat semakin hari greakan-gerakan mahasiswa diera reformasi, dimana kebebasan berpendapat bisa kita dapatkan, semakin jauh dari realitas masyarakat. Pola gerakan mahasiswa selalu berubah orientasi. Mulai dengan orientasi materialistik, orientasi elitis, dan hingga berorientasi seporadis dan separatis. Kecenderungan ini kerap terlihat ketika mahasiswa bergerak dengan atas dasar simbolik dan patronik. Gerakan mahasiswa semakin lama semakin prematur, tak memiliki kontinuitas yang tinggi terhadap arah gerak dan perjuangannya.

Bahkan yang menyedihkan akhir-akhir ini adalah kita dapat melihat bagaimana gerakan-gerakan mahasiswa berubah menjadi gerakan yang tidak simpatik dari kacamata masyarakat. Mahasiswa yang seharusnya berdemonstrasi untuk membela kepentingan rakyat berubah menjadi komoditas politik dan bahkan menjadi menyeramkan. Begitu pentingnya publisitas gerakannya bisa tersorot oleh media sehingga menjadikan gerakan ini malah menjadi gerakan yang menghalalkan segala cara agar menjadi headline berita keesokan harinya. Mungkin kita harus melihat kembali apa yang terjadi di bangsa ini, sehingga mungkin kita dapat memahami fenomena gerakan mahasiswa yang cenderung menjadi anarkis akhir-akhir ini.

 

Sekilas realitas kondisi Bangsa

Lebih dari setengah Abad Bangsa ini berdiri akan tetapi Indonesia masih jauh dari cita-cita luhur proklamasinya, menjadi bangsa yang berdaulat, cerdas dan sejahtera. Demikian peliknya permasalahan bangsa ini dari masalah birokrasi di sistem pemerintahan hingga ke permasalahan moral penyelenggara Negara, dari masalah ekonomi hingga masalah rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Setiap hari kita melihat potret kemiskinan ditayangkan dimedia massa. Indeks korupsi dinegara ini tetap saja tinggi, lembaga-lembaga dan Instansi pemeintah tidak ada yang bebas dari praktek ini, bahkan LSM pun tidak luput dari kecurigaan. Indeks kemiskinan sapai saat ini masih saja tinggi, tingkat pengangguran dari hari-kehari yang juga semakin meningkat, sementara angka penjualan barang-barang mewah tetap saja meningkat dari hari ke hari. Angka kriminalitas yang semakin tinggi justru melambungkan rating penyaran acara-acara kriminal di televisi. Maraknya tayangan sinetron-sinetron di televisi Indonesia yang menjual mimpi dengan menayangkan berbagai kemewahan hidup bersamaan dengan acara-acara infotainment yang juga mengekspose kesejahteraan artis-artis sinetron Indonesia. Penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap tenaga kerja Indonesia di luar negri di beritakan setiap hari, namun animo masyarakat untuk menjadi tenaga kerja di luar negri masih saja besar, sementara tidak ada solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Siapa yang dapat disalahkan dengan kondisi ini? Jika kita menyalahkan pemerintah, Pemerintah yang mana? Alih-alih kita dapat melacak akar permasalahannya dengan mencari siapa yang salah, kita malah terjebak dalam lingkaran setan saling menyalahkan.

Gerakan Kultural

Kembali pada gerakan mahasiswa, melihat kondisi tersebut maka mahasiswa perlu meninjau kembali gerakan-gerakanya. Bahkan sudah saatnya setiap elemen mahasiswa me reset kembali gerakan-gerakannya, yah, tentu saja jika gerakan mahasiswa tersebut memang merupakan gerakan moral yang mengharapkan perbaikan pada kondisi masyarakat.

Gerakan mahasiswa tidak berarti selalu harus gerakan yang berhadapan langsung vis-a-vis dengan suatu rezim yang berkuasa. Gerakan mahasiswa memiliki makna yang jauh lebih luas daripada itu. Gerakan mahasiswa juga seharusnya menyentuh sisi kehidupan sosio-kultur masyarakat jika kita tetap berpegang pada stigma bahwa mahasiswa adalah agen peubah

Pergerakan Kultural merupakan gerakan yang terjun langsung ke masyarakat sehingga masyarakat akan jauh lebih berdaya atau kalau boleh dapat juga disebut dengan people power. Dengan demikian masyarakat diharapkan akan memilki haknya untuk lebih berdaulat. Memang ini bukan suatu hal yang mudah karena berhubungan dengan menyadarkan tiap-tiap individu di masyarakat untuk sadar akan hak-haknya sebagai warga negara, bahkan untuk sadar akan kekuatan mereka sebagai warga negara, merekalah yang menentukan arah bangsa ini. Hal ini yang dimaksud dengan people power. Bukankah Mao ze dong memulai revolusinya dengan pemberdayaan para petani di China? Dimulai dari gerakan kultural ini pada akhirnya tentu saja akan mempengaruhi sistem birokrasi pemerintah. Political will masyarakat yang cerdas tentu saja akan membuat pemerintah tidak dapat semena-mena dalam mengeluarkan kebijakannya. Pada intinya gerakan ini adalah gerakan yang bersifat bottom up.

Mungkin kita perlu meninjau kembali pemahaman kita mengenai aksi mahasiswa. Apakah aksi harus diinterpretasikan dengan demonstrasi yang represif? Seharusnya aksi mahasiswa juga meliputi model pembangunan masyarakat yang sistematis oleh mahasiswa. Dengan demikian diharapkan kita dapat melihat mahasiswa mampu menetukan arah pergerakan, model pergerakan ke masyarakat, alternatif solusi di berbagai bidang. Sehingga rekan-rekan mahasiswa tidak perlu frustasi lagi ketika aksi-aksi mereka tidak mendapat publisitas dimedia, dan terutama masyarakat tidak lagi dirugikan dengan aksi-aksi mahasiswa.

 

4 Comments

  1. demonstrasi mahasiswa hanyalah sebuah pendomplengan/ alat pihak-pihak tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu dari hasik aksi demonstrasi tersebut. semua hanya SANDIWARA…

Leave a comment